Sabtu, 30 Mei 2015

Pengamatan Perubahan Garis Pantai sebagai Upaya Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir


Pengelolaan wilayah pesisir menjadi suatu kegiatan terpadu untuk menjaga dan mengendalikan kondisi di wilayah pesisir. Kegiatan ini seringkali melibatkan banyak disiplin ilmu dalam hal inovasi teknologi pengelolaan wilayah pesisir. Kombinasi teknologi ini dapat memunculkan inovasi yang berperan dalam kontribusi pengelolaan wilayah pesisir. Salah satu teknologi yang memiliki banyak fungsi dan aplikasi adalah teknologi penginderaan jauh. 

Teknologi penginderaan jauh memungkinkan manusia untuk mengamati suatu objek tanpa harus menyentuh atau mendekatinya. Teknologi ini mempermudah manusia untuk mendapatkan informasi dan data dari lapangan dengan cakupan area yang luas dan dalam waktu yang relatif singkat. Teknologi ini memang tidak bersifat real time, sebab pengambilan data dengan wahana seperti satelit dan pesawat tentu membutuhkan waktu lebih dari 1-2 hari, namun teknologi penginderaan jauh ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan nantinya. Salah satu aplikasi penginderaan jauh yang bermanfaat di wilayah pesisir adalah untuk mendeteksi perubahan garis pantai. 

Pendeteksian perubahan garis pantai ini dapat dilakukan dengan membandingkan citra satelit resolusi menengah dan tinggi yang multi temporal. Citra dengan resolusi menengah dan tinggi memiliki kondisi visual yang baik sehingga dapat diinterpretasi secara visual. Selain itu citra resolusi menengah cukup banyak ditemui secara bebas di internet misalnya melalui website USGS dan earth explorer.

Pengolahan data citra untuk mendapatkan analisa perubahan garis pantai melalui beberapa tahapan. Pertama dengan melakukan koreksi geometrik dan koreksi radiometrik pada citra untuk meningkatkan kualitas visual citra serta untuk memastikan agar citra yang dihasilkan mempunyai sistem koordinat dan skala yang seragam. Selanjutnya dilakukan proses Cropping Area of Interest, yaitu melakukan pemotongan citra sesuai dengan daerah yang dikehendaki. Kemudian delineasi garis pantai dilakukan untuk dapat mengetahui batas garis pantai, selain itu juga dilakukan interpretasi penggunaan lahan untuk mengetahui pemanfaatannya. Terakhir, overlay hasil delineasi dan interpretasi citra diperlukan untuk mengetahui perubahan garis pantai yang terjadi. Jenis perubahan garis pantai yang terjadi dapat diketahui dengan menganalisis data yang telah diolah sesuai langkah diatas.

Perubahan garis pantai ada 2 macam, yaitu akresi dan abrasi. Akresi pantai adalah perubahan garis pantai menuju laut lepas karena adanya proses sedimentasi dari daratan atau sungai menuju arah laut. Proses sedimentasi di daratan dapat disebabkan oleh pembukaan areal lahan, limpasan air tawar dengan volume yang besar karena hujan yang berkepanjangan dan proses transport sedimen dari badan sungai menuju laut. Akresi pantai juga dapat menyebabkan terjadi pendangkalan secara merata ke arah laut yang lambat laun akan membentuk suatu dataran berupa delta atau tanah timbul. Proses akresi pantai biasanya terjadi di perairan pantai yang banyak memiliki muara sungai dan energi gelombang yang kecil serta daerah yang bebas terjadi badai. Sedangkan abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipacu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut . 

Gambar 1. Contoh peta abrasi dan akresi (Parman 2010)

Melalui pengamatan perubahan garis pantai, maka dapat diketahui kondisi yang sedang  terjadi di wilayah pesisir suatu daerah, dengan begitu maka pemerintah dan lembaga pemerhati lingkungan dapat mengambil kebijakan dan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan selanjutnya untuk menjaga kelangsungan ekosistem pesisir. Selain itu pemerintah juga dapat memutuskan, apakah wilayah pesisir tersebut dalam kondisi yang layak untuk menerima investasi atau sedang membutuhkan penanganan khusus menyangkut konservasi dan pemberdayaan lingkungan.

Sumber : Parman, S. (2010). Deteksi Perubahan Garis Pantai Melalui Citra Penginderaan Jauh di Pantai Utara Semarang Demak. Jurnal Geografi, 7(1).

Rabu, 20 Mei 2015

Mengapa Pengelolaan Pulau-pulau Kecil Membutuhkan Perhatian Khusus ?


Indonesia yang merupakan negara kepulauan memiliki ribuan pulau yang beraneka-ragam karakteristiknya. Banyak dari pulau-pulau tersebut yang hanya merupakan pulau-pulau kecil yang terbentuk dan terpisah dari pulau-pulau besar lainnya. Tidak jarang kondisi ini membuat pulau-pulau tersebut menjadi terisolir dan terkucilkan keberadaannya. Sulitnya akses dan kurangnya interaksi dengan dunia luar seringkali membuat mereka yang berada di pulau-pulau kecil "ketinggalan zaman", apalagi pulau-pulau kecil terluar di Indonesia. Namun di sisi lain, pulau-pulau kecil tersebut juga memiliki adat istiadat yang ingin mereka pertahankan sedemikian rupa sehingga mereka cenderung enggan ikut ambil pusing dengan apa yang ada di luar. Pulau-pulau kecil memiliki kompleksitas tersendiri dalam pengelolaannya sehingga penting bagi kita untuk memahami dan menyeimbangkan kondisi tersebut agar keberadaan dan upaya konservasi yang ingin kita lakukan tidak malah justru mengancam pulau-pulau kecil itu sendiri.

Gambar 1. Pulau-pulau kecil memiliki potensi keindahan panorama yang luar biasa

Pulau-pulau kecil di Indonesia membutuhkan perhatian khusus, hal ini didasarkan beberapa hal yang menjadi karakteristik mereka. Pertama adalah karena kondisi mereka yang kecil. Menurut UU No. 27 Tahun 2007, Pulau Kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 km2 (dua ribu kilometer persegi) beserta kesatuan ekosistemnya. Dibalik kondisi luas seperti berikut tentunya terdapat beberapa keterbatasan seperti cadangan air tawar yang tidak sebanyak pulau-pulau besar pada umumnya. Dibutuhkan suatu konservasi sumber daya air untuk menjaga kondisi lingkungan agar tetap seimbang. Alasan yang kedua adalah kondisi pulau kecil yang umumnya terisolir dari dunia luar. Kondisi ini harus diatasi oleh pemerintah daerah setempat agar dapat menjangkau pulau-pulau kecil yang masih berada di bawah naungannya. Hal ini tidak lain dimaksudkan agar kesejahteraan masyarakat tetap terjamin secara menyeluruh, baik yang dekat maupun yang jauh dengan daerah pemerintahan. Alasan yang ketiga adalah karena pulau-pulau kecil memiliki potensi. Setiap jengkal daerah Indonesia sangatlah berharga dan didalamnya seringkali tersimpan harta yang tak ternilai harganya. Baik itu dari segi sumber daya alam hingga pemandangan alam yang mengesankan dan berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan dan pengelolaan pulau-pulau kecil membutuhkan kehati-hatian karena kondisi sumber dayanya yang walaupun melimpah namun juga sangat sensitif. Hal ini berkaca pada pengalaman sepak terjang industri eksplorasi mineral dan batu bara yang selain tidak memperhatikan kelestarian hutan alam, juga mengancam keberlangsungan masyarakat adat melalui pemanfaatan lahan yang mereka lakukan.

Menjaga konsistensi dan kondisi Indonesia yang sangat luas ini sudah menjadi konsekuensi Bangsa Indonesia sejak awal kemerdekaan Indonesia. Pulau-pulau kecil adalah pulau dengan keunikannya tersendiri yang merupakan kekayaan yang dimiliki suatu negara. Jangan lantas karena kondisinya yang "kecil" kemudian ia dikesampingkan, namun kondisi itulah yang sebenarnya membuat ia istimewa.